Beyond The Auto's Enthusiasm
IndeksContact Us

Karang Laut Berperan Kurangi Emisi Karbon

Ilustrasi karang, source: wikipedia

otoplasa.com – Ada yang menarik ketika Otoplasa membaca hasil penelitian Dr Dra Dian Saptarini MSc yang menguji terumbu karang sebagai parameter biologi untuk pengendalian pencemaran panas. Hal tak terduga dari penelitian disertasi yang dipaparkan dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Ruang Sidang Utama Gedung Rektorat ITS, Senin (11/3) menyebutkan bahwa karang bisa dianalogikan sebagai hutan hujan tropisnya laut atau sea forest. Peran dari karang bagi bumi sama seperti peran hutan hujan tropis, yaitu mereduksi emisi karbon.

Dr Dra Dian Saptarini MSc menguji terumbu karang

Nah paparan asap atau gas buang dari mesin kendaraan bisa diserap dan tereduksi oleh pohon-pohon atau tanaman yang tumbuh sepanjang jalan. Lalu bagaimana dengan lautan?
Rupanya inilah yang menjadi bahasan menarik ketika Dian Saptarini memaparkan hasil penelitiannya.

Menurutnya pembuangan air bahang dari aktivitas industri ke daerah pesisir pantai berkontribusi dalam kenaikan suhu air di pesisir yang bisa merusak terumbu karang. Berangkat dari hal tersebut, Dian Saptarini meneliti terumbu karang sebagai parameter biologi untuk pengendalian pencemaran panas.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki garis pantai yang sangat panjang dan dihuni beraneka ragam kehidupan biota laut, salah satunya karang. Dalam disertasinya tersebut, perempuan yang kerap disapa Dian ini menjelaskan bahwa karang menurut kemampuan memproduksi kapur dibedakan menjadi dua, yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik.

Diterangkan Dian, karang hermatipik ialah karang yang mampu membentuk bangunan karang atau terumbu, sedangkan karang ahermatipik tidak mampu membentuk terumbu. “Dalam persebarannya, karang hermatipik tumbuh di daerah tropis, sedangkan karang ahermatipik tersebar di seluruh dunia,” papar Dian.

Indonesia secara geografis berada di daerah yang beriklim tropis, ungkap Dian, sehingga Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa terumbu karang yang melimpah di daerah pesisir. Namun aktivitas pembuangan air pendingin mesin (air bahang) oleh industri berdampak pada kenaikan suhu perairan pesisir.

Air bahang ialah air laut yang telah digunakan dalam proses pendinginan mesin yang dibuang kembali ke laut. Pembuangan air bahang selain dari industri, juga berasal dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Kebutuhan energi yang tinggi menyebabkan pembangunan PLTU yang masif di Indonesia. “Dewasa ini, Indonesia sudah memiliki sekitar 37 PLTU, dan ada kemungkinan untuk bertambah,” ujar perempuan yang juga dosen Biologi ITS ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *